UPAYA MENANGKAL ETNOSENTRISME DALAM MEMAHAMI PERBEDAAN DISUSUN OLEH: KURNIAWAN WISNU JATI (2010245001) PROGRAM D.IV USAHA PERJALANAN WISATA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA SAHID JAKARTA 2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas segala rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala Nikmat kesehatan yang telah diberikan-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis yang berjudul “Upaya Menangkal Etnosentrisme Dalam Memahami Perbedaan” merupakan bentuk implementasi dari tugas akhir semester yang diberikan kapada penulis, sekaligus hasil dari pembelajaran yang telah kami dapat dalam materi Komunikasi Budaya.
Penulis memilih judul tersebut berdasarkan hasil pangkajian dan pengumpulan data yang otentik dengan kenyataan yang ada mengenai kehidupan dan manusia. Kita ketahui bahwa keberagaman masyarakat Indonesia menjadikan banyak terjadinya konflik antar manusia. Panulis mencoba untuk menjabarkan permasalahan yang terjadi sekaligus membahas pemecahannya melalui karya tulis ini.
Tujuan yang ingin di capai dari karya tulis ini adalah sebagai dasar atau sumber pembelajaran dan pengkajian mengenai permasalahan dan pemecahan masalah dari keberagaman dan terjadinya konflik yang diakibatkan. Selain itu, penulis juga berharap setelah selesainya karya tulis ini maka dapat diimplementasikan dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa bahwa penulis juga tidak dapat bekerja sendiri untuk menyelesaikan karya tulis ini. Dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par. MM selaku dosen mata kuliah Komunikasi Budaya yang telah memberikan materi dan bimbingan kepada penulis, kepada orang tua yang telah mendukung baik secara mental maupun moral, serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
Tentunya karya tulis ini masih memiliki banyak kesalahan dalam proses penyelesaiannya, untuk itu penulis berharap adanya masukan dari pembaca agar menjadi komparasi dan manfaat.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….......1
Daftar Isi………………………………………………………………………….... 2
Pendahuluan
·         Latar Belakang………………………………………………………………3
·         Tujuan……………………………………………………………………….3
·         Metodologi penulisan………………………………………………………...4
Pembahasan
·         Identifikasi Masalah……………………………………………………….....5
·         Mengapa Kita Berbeda?..................................................................................6
·         Faktor Apa Saja Yang Dapat Menimbulkan Perbedaan?...................................7
·         Pendekatan Sistem Terhadap Budaya………...………………………….......10
·         Upaya Yang Dapat Dilakukan……………………………………….............12
Penutup…………………………………………………………………………….16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….  17









PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia negara  sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah  17.508 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Weh sampai pulau Rote. Negara dengan populasi yang beraneka ragam baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun manusia ini sangat memepengaruhi kebudayaan, sosial, politik dan ekonomi.
Di Indonesia terdapat sekitar 1.128 suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara dan memiliki 750 bahasa daerah. Penduduknya terbagi menjadi 2 kelompok besar berdasarkan wilayahnya yaitu penduduk yang berada di wilayah barat merupakan suku melayu, sedangkan yang berada di wilayah timur adalah sebagian besar suku papua. Banyak penduduk Indonesia menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan daerah asal, misalnya Jawa, Sunda atau Batak.
Keberagaman Indonesia dari segala sisi ini acapkali menimbulkan banyak perbedaan budaya, baik kepercayaan, adat istiadat, mata pencaharian, pendidikan, serta logat berbicara seseorang dan gaya komunikasi yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari. Tentu saja budaya adalah suatu gaya hidup unik suatu kelompok tertentu yang mungkin saja berbeda dengan kelompok lain. Selain itu, budaya juga menjadi sumber pengetahuan sehingga dapat dikomunikasikan.
Bicara mengenai komunikasi, tentunya Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa terlepas dari komunkasi. Namun dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang dapat berkomunikasi secara efektif. Terlebih apabila orang yang terlibay dalam komunikasi tersebut berbeda budaya, kesalahan dalam mengerti hal yang di maksud pasti akan terjadi dan tidak dapat di hindari. Kesalahan seperti ini dapat menimbulkan pertikaian, sehingga muncul konflik sosial. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari, dan akibatnya fatal. Kita cenderung menganggap orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal ini terjadi karena, kita cenderung memandang perilaku orang lain tidak sesuai dengan perilaku kita sendiri dan karena bersifat subyektif.
Lalu, salahkah jika kita seperti itu? Bagaimana cara agar kita bisa saling menghargai dan memahami perbedaan-perbedaan yang terjadi?
Budaya merupakan hal yang sangat menentukan bagaimana gaya atau cara kita berkomunikasi. Tentu saja tidak salah jika kita sering memandang secara subyektif tentang orang lain, tetapi alangkah lebih baik jika kita sama-sama saling menelaah dan memahami mengenai perbedaan tersebut.
Tujuan Penulisan
1.         Membuka pengetahuan baru tentang materi yang terkait.
2.         Menambah wawasan mengenai budaya dan komunikasi antar manusia.
3.         Memberikan informasi kepada pembaca mengenai budaya, permasalahan dan pemecahannya.
4.         Menambah referensi penulis pada saat akan menyelesaikan proyek akhir/skripsi.
Metodologi Penulisan
1.         Studi pustaka
Penulis mengumpulkan data-data dan informasi yang akurat dan signifikan, untuk dijadikan bahan kajian dan perbandingan informasi yang tepat. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi tersebut melalui televisi, radio, surat kabar, internet dan referensi buku.
2.         Tukar Pikiran
Penulis mengumpulkan informasi dan ide-ide melalui pertukaran ataupun perbincangan mengenai masalah-masalah dalam penyelesaian karya tulis ini. Perbincangan dilakukan saat dalam perkuliahan maupun di luar dengan rekan yang lain.




PEMBAHASAN

Identifikasi Masalah

Keberagaman kebudayaan Indonesia seperti yang telah disebutkan di awal, merupakan keunggulan yang dimiliki oleh Bangsa kita, dan tak banyak dimiliki oleh bangsa lain manapun di dunia. Kebudayaan ini bahkan menjadi asset utama yang dimiliki bangsa Indonesia, untuk menarik perhatian para wisatawan mancanegara selain objek-objek wisata menarik yang dimiliki Indonesia.
Secara kasat mata, kebudayaan yang beragam di Indonesia ini menghasilkan banyak manfaat, dan pada hakekatnya, kebudayaan ini menjadi suatu pola tatanan kehidupan setiap masyarakat, namun demikian, dengan keberadaannya yang berbeda- beda itu, seringkali menjadi senjata atau pemicu terjadinya konflik dan prasangka antar budaya.
Mengapa demikian? Dilihat dari pengertiannya, budaya merupakan suatu bentuk pola, pemikiran dan tingkah laku atau kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu kelompok yang sama, yang akan dibawanya sampai meninggal dunia. Oleh karena itu perbedaan pola yang dimilki oleh orang dari kebudayaan lain seringkali dianggap menjadi suatu keanehan atau kejanggalan. Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya sikap stereotip ataupun etnosentrik yang mana menganggap bahwa kebudayaan kita adalah yang paling benar, paling baik. Sikap ini sangat fatal karena dapat menimbulkan konflik.
Hingga sekarang sikap sperti itu masih sering ditemukan. Bukan saja di Indonesia, namun banyak kasus yang sama juga terjadi di belahan dunia lain. Bahkan tidak jarang masalah ini semakin menjadi konflik antar kelompok sehingga terjadi kerusuhan, tawuran, perkelahian, dan lain sebagainya.
Banyak sekali kasus-kasus yang terjadi hanya karna kesalahpahaman saat berkomunikasi. Dalam beberapa situasi tertentu, kesalahan berkomunikasi sangat sensitif bagi orang lain. Apalagi ketika seseorang melakukan interaksi dengan orang lain yang mungkin mempunyai persepsi yang berbeda mengenai suatu makna yang dengar ataupun dilihatnya. Sebagian kelompok perpegang terhadap SARA (Suku, Ras, dan Agama) yang menimbulkan banyak sekali perbedaan.

Mengapa Kita Berbeda?
Pada umumya mengapa kita berbeda, karena kita memiliki kebudayaan yang sangat beragam di setiap sisi kehidupan masyarakat Indonesia. Namun menurut Panikos Panayi (2000) bentuk-bentuk keberagaman atau perbedaan itu dapat kita lihat dari:
1)      Perbedaan secara biologis, yang mencakup:
a)      Jenis Kelamin (seks), laki-laki atau perempuan
b)      Usia, yaitu pembedaan antara yang usia muda dan tua
c)      Intelektual, yaitu pembedaan berdasarkan kepandaian/kepintaran seseorang, serta berhubungan dengan perbedaan pendapat atau persepsi seseorang.
d)     Ras, yaitu pembedaan yang didasarkan asal-usul dan pengolongan ras umat manusia seperti Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, dan ras-ras khusus seperti: Polynesia, Weddid, Australoid, Ainu, Bushman, Melanozoid.
2)      Perbedaan Berdasarkan Kondisi Sosial Budaya, yang mencakup:
a)      Suku bangsa yang berhubungan dengan adat, kesenian, pakaian, pendidikan, teknologi, ciri fisik, makanan, kesamaan tata nilai dan pandanga
b)      Agama atau kepercayaan dan keyakinan yang di anut. Yang di makaud adalah kita mengenal banyak Agama seperti islam, Kristen, Hindu, Budha, dan lain sebagainya.
c)      Klan, yaitu Klan besar (kelompok kekerabatan yang berasal dari satu nenek moyang) dan klan kecil (kelompok kekerabatan yang berasal dari satu nenek moyang melalui garis keturunan ayah atau ibu.
d)     Profesi, yaitu keahlian dan jabatan seseorang yang juga menciptaka keberagaman.

Faktor Apa Saja Yang Dapat Menimbulkan Perbedaan?
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah suatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang lainnya — budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian merupakan suatu faktor pemersatu. Budaya juga merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari yang juga pada anggota-anggota dalam suatu kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga-lembaga dan artefak-artefak mereka.
Namun terlebih dahulu kita harus memahami mengenai konsep kebudayaan karena kebudayaan merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk saling memahami antara perilaku manusia satu dengan yang lainnya di seluruh dunia. Konsep ini berasal dari ilmu-ilmu perilaku manusia (Behavioral Science) seperti sosiologi, antropologi dan psikologi. Secara umum kita lebih cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks latar belakang kita sendiri (etnosentrik).
Antropologi sosial, khusus membantu kita untuk menyeimbangkan perspektif kita dengan memberikan cara-cara yang objektif untuk menganalisis dan mengantisipasi kemiripan-kemiripan dan perbedaan-perbedaan budaya.
E.B. Taylor, mendefinisikan budaya sebagai ”Keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh anggota-anggota suatu masyarakat.” Dalam hal ini setiap kelompok budaya menghasilkan jawaban-jawaban khusus terhadap tantangan-tantangan hidup seperti kelahiran, pertumbuhan, hubungan-hubungan sosial, dan bahkan kematian.
Manusia-manusia menciptakan budaya tidak hanya sebagai sarana untuk beradaptasi terhadap lingkungan biologis dan fisik mereka, tetapi juga sebagai alat untuk memberi andil kepada evolusi sosial. Kita lahir turun temurun, membawa partikel-partikel pembawa sifat yang saling mempengaruhi. Sebagaimana lingkungan fisik di mana kita di besarkan mempengaruhi kita, begitu pula dengan lembaga-lembaga sosial kita mulai dari rumah, sekolah, bahkan lingkungan masyarakat memberikan konteks budaya yang berpengaruh atas perilaku kita. Hal ini menjadikan sebuah identitas yang bermacam-macam menurut latar belakangnya.
Oleh karena budaya memberi identitas kepada sekelompok orang, bagaimana kita mengidentifikasi aspek-aspek budaya yang menjadikan sekelompok orang sangat berbeda. Salah satu caranya adalah dengan menelaah kelompok dan aspek-aspeknya, sebagai berikut :
§  Komunikasi dan Bahasa
Yaitu sistem komunikasi verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Sebuah bangsa memiliki lima belas atau lebih bahasa utama (dalam suatu kelompok bahasa dapat berupa dialek, aksen, logat, jargon, dan ragam lainnya).
§  Pakaian dan Penampilan
Yaitu meliputi pakaian dan dandanan ( perhiasan ) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara cultural antara satu dan yang lainnya.
§  Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan, dan memakan sering berbeda antara budaya yang satu dengan yang lainnya. Cara makan juga berbeda-beda. Ada orang yang makan dengan tangan saja, ada pula yang mengunakan sumpit, atau seperangkat alat makan yang lengkap.
§  Waktu dan Kesadaran Waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu. Bahkan merelatifkan waktu atau sering disebut jam karet di Indonesia sudah menjadi hal yang lazim terjadi. Sedangkan orang jepang menanggap bahwa waktu sangat berharga.
§  Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara lain untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
§  Kepercayaan dan Sikap
Klasifikasi kepercayaan adalah yang paling sulit ditentukan untuk memastikan kepercayaan sekelompok orang, dan serta faktor-faktor lainnya mempengaruhi sikap-sikap mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, dan apa yang terjadi dalam dunia mereka.
Pada hakikatnya, manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka menjadi sebagai proses adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan dan juga dapat memunculkan penemuan baru (invention), penyabaran kebudayaan (difusi) dan munculnya kebudayaan lain (akukulturasi).
Perubahan tersebut juga dapat menciptakan hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Misalnya, membangun rumah tahan gempa di daerah rawan gempa, orang Dayak membangun rumah panggung untuk mengantisipasi bahaya banjir dan binatang buas, Orang Eskimo tinggal di rumah Igloo dan membuat pakian dari kulit binatang agar tahan terhadap cuaca dingin, masyarakat pedesaan masih memiliki ciri masyarakat komunal dan subsisten, sementara di perkotaan masyarakat bercirikan masyarakat individual dan materialistis, masyarakat nelayan yang tinggal di tepi pantai pada umumnya memiliki sifat keras dan pemberani karena sudah dibentuk oleh alam yang ganas saat mengarungi lautan dengan menerjang ombak dan gelombang yang sangat berbahaya.






Pendekatan Sistem Terhadap Budaya
Oleh karena terdapat banyak pendekatan antropolgis terahadap analisis budaya, sebagian pembaca mungkin lebih suka menggunakan pendekatan sistem terkoordinasikan ini sebagai suatu alternatif. Suatu sistem dalam hal ini adalah suatu kumpulan atau kombinasi teratur dari bagian-bagian yang saling berhubunan yang merupakan suatu kesatuan, sebagai berikut :
§  Sistem Kekeluargaan
Yaitu system yang menyangkut hubungan-hubungan keluarga dan cara sekelompok orang memperkenalkan, melatih, dan mensosialisasikan anak-anak mereka.
§  Sistem Pendidikan
System ini berkenaan dengan cara bagaimana anggota-anggota muda atau anggota-anggota baru masyarakat memperoleh informasi, keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai.
§  Sistem Ekonomi
Cara masyarakat menghasilkan dan menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa pelayanannya.
§  Sistem Politik
Ini merupakan alat utama pemerintah untuk memelihara keteraturan dan melaksanakan kekuasaan atau wewenang.
§  Sistem Agama
Sistem agama berkenaan dengan cara memberi makna dan motivasi pada kehidupan selain aspek-aspek kehidupan material, yaitu aspek kehidupan spiritual pendekatannya terhadap hal-hal yang gaib.

§  Sistem Asosiasi
Sistem ini menyangkut jaringan pengelompokan sosial yang dibentuk orang-orang. Kelompok / organisasi masyarakat ini bisa merupakan kelompok persaudaraan (fraternal), kelompok-kelompok rahasia dan asosiasi-asosiasi profesional / dagang.
§  Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan berkenaan dengan cara suatu budaya menghindari dan mengobati penyakit, atau merawat para korban bencana alam atau kecelakaan. Konsep kesehatan dan masalah-masalah medis berlainan antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Terutama mengenai pengobatan-pengobatan tradisional.
§  Sistem Rekreasi
Merupakan system yang menyangkut cara-cara bergaul, atau menggunakan saat santai mereka. Sebagai contoh ” bermain” dalam suatu budaya mungkin dianggap “kerja ” dalam suatu budaya lain. Dalam sebagian budaya ” olahraga ” menimbulkan implikasi politik, sedangkan dalam budaya-budaya lain olahraga hanyalah untuk kesenangan, sementara dalam budaya-budaya lainnya pula olahraga merupakan bisnis besar. Beberapa jenis hiburan, seperti tarian rakyat, tampaknya bersifat lintas – budaya.
Pendekatan-pendekatan tersebut merupakan suatu sistem pendekatan yang bertujuan sebagai alternatif pengklasifikasian suatu kelompok masyarakat berdasarkan system kategori yang sudah ada.
Namun bukan untuk membedakan kelompok tersebut, melainkan agar kita dapat belajar untuk menelaah dengan baik dan dapat memehami keberadaan hal tersebut. Serta kita dituntut agar memandang seseorang atau kelompok lain secara obyektif.

Upaya Yang Dapat Dilakukan
Menurut Schraman (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2001:6-7), untuk mencapai komunikasi antarbudaya yang benar-benar efektif ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, yaitu:
1.   menghormati anggota budaya lain sebagai manusia
2.   menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan sebagaimana yang dikehendaki
3.   menghormati hak anggota budaya lain untuk bertindak berbeda dari cara bertindak
4.   komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya lain.
Perbedaan kultur dan subkultur menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman komunikasi dan bukan sebagai penghambat dalam interaksi. Untuk itu perlu memahami dan menghargai perbedean-perbedaan tersebut.
Selain itu, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami komunikasi antar budaya. Ketiga elemen ini merupakan bangunan dasar yang menyebabkan kegagalan, sekaligus keberhasilan komunikasi antar budaya. Elemen-elemen tersebut yaitu :
1.   persepsi
Persepsi adalah proses mengungkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang akan memiliki opini yang berbeda mengenai keadaan di sekelilingnya. Menurut Mulyana (Mulyana, 2003:176) bahwa persepsi sosial mengandung beberapa prinsip, antara lain: persepsi berdasar pengalaman, persepsi bersifat selektif, persepsi bersifat dugaan, persepsi bersifat evaluatif, dan persepsi bersifat kontekstual.

2.   Komunikasi Verbal
Mulyana (2003:237-238) mengatakan bahwa bahasa sebagai sistem kode verbal, terbentuk dari beberapa simbol, dan di atur untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, kemudian digunakan dan dipahami suatu kelompok.
Andrea L. Rich (dalam Mulyana, 2003:251) mengatakan bahwa bahasa terikat oleh budaya. Karenanya, menurut hipotesis Sapir-Whorf, sering juga disebut Teori Relativitas Linguistik, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan penggunanya.
Menurut Ohoiwutun (1997:99-107) dalam komunikasi antarbudaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: kapan orang berbicara, apa yang dikatakan, hal memperhatikan, intonasi,  gaya kaku dan puitis, dan juga bahasa tidak langsung. Dalam hal ini, kehati-hatian sangat penting dalam berkomunikasi karena tidak jarang jika kita salah sedikit saja ataupun sesuatu yang kita ucapkan dimaknai berbeda oleh orang lain maka akan timbul kesalahpahaman, konflik, kebencian.
3.   Komunikasi Non-Verbal
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata (Mulyana,2003:308). Kebanyakan isyarat nonverbal tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana tersenyum, namun dimana, kapan, dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, oleh karena itu perlunya pengaruh konteks dan budaya. Simbol-simbol nonverbal sangat sulit untuk ditafsirkan bila dibandingkan dengan simbol-simbol verbal. Namun tidak sedikit juga melihat bahwa bahasa nonverbal cenderung selaras dengan bahasa verbal, misalnya setiap gerakan sinkron dengan ucapan, seperti kita menyatakan setuju selalu disertai dengan anggukan kepala, menolak disertai gelengan kepala, kerutan dahi ketika merasa bingung.
Selain upaya yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Disini juga terdapat upaya lain dalam mengatasi masalah tersebut. Ada beberapa contoh upaya yang telah dilaksanakan, di antaranya:
1.      The Salad Bowl (Amerika)
Yaitu menerima keanekaragaman yang ada, tetap memelihara dan membanggakan identitas etnik, namun tetap konsisten menjunjung tinggi identitas nasional sebagai bangsa Amerika.
2.      Relativitas Budaya dan Pandangan Etnik
Menurut faham ini, suatu kebudayaan tidak ada yang lebih baik ataupun yang lebih lebih buruk. Hal ini berarti bahwa kita harus memberikan penghargaan yang sama kepada semua adat-istiadat yang beranekaragam yang terdapat dalam masyarakat kita.
Memahami suatu kebudayaan adalah suatu hal yang tidak mudah, karena kita harus mampu memahami semua yang terkait dalam unsur-unsur kebudayan. Menurut pandangan Emik (Emic View), untuk mengerti dan menginterpretasikan setiap simbol budaya dalam hubungannya dengan praktek kehidupan suatu suku bangsa, seseorang harus dibekali dengan suatu sifat keterbukaan dan toleransi yang tinggi. Hal ini penting karena tiap-tiap simbol dari unsur kebudayaan memiliki makna dan nilai yang unik, sehingga seseorang tidak boleh semaunya sendiri memberikan makna pada simbol budaya yang berada diluar kebudayaan yang dimilikinya.
3.      Pendidikan Multikulutral (The Study OF Cultural Diversity)
Ideologi Multikulturalisme adalah suatu kebijakan dan pendekatan budaya yang berorientasi pada prinsip-prinsip pelestarian budaya dan saling menghormati antar-kelompok. Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang ideal dimana kelompok-kelompok masyarakat dapat hidup secara harmonis, bebas untuk melestarikan kebiasaan-kebiasaan agama, linguistik atau sosial, persamaan dalam hal akses sumber daya dan pelayanan, dan lain-lain (Dufty, 1986). Secara sederhana multikulturalisme tidak hanya berarti keberagaman budaya, tetapi adanya pengakuan bahwa sebuah negara dan masyarakat adalah beragam.
Prinsipnya, pendidikan multikultural adalah pengembangan sikap dan perlikau menghormati, menghargai antar sesama manusia. Melalui pendidikan ini kita dapat menjadikan generasi baru yang tidak terkungkung oleh perspektif yang sempit dan sikap entosentrisme.
Azyumardi Azra (2003) menekankan bahwa pembentukan masyarakat multukultural Indonesia tidak hanya dengan coba-coba dan akhirnya gagal , namun harus dilakukan secara sistematis, dan berkesinambungan. Langkah yang paling strategis menurut Azra adalah melalui Pendidikan Multikultural yang diselenggarakan melalui seluruh lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, dan bahkan informal dalam masyarakat. Kebutuhan akan pendidikan multikultural ini telah cukup lama dirasakan oleh bangsa-bangsa majemuk, khususnya Indonesia.
Secara normatif pendidikan multikultural ini sudah sangat relevan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam UUD 1945; UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan UU No. 20 taun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Menurut Gollnich (dalam Sleeter & McLaren, 1995) ada lima tujuan Pendidikan Multikultural yang harus kita pahami, yaitu: memperkenalkan nilai dan kekuatan dari keanekaragaman kultural, memperkenalkan HAM dan Demokrasi, memperkenalkan pilihan hidup alternatif bagi manusia, memperkenalkan keadilan sosial dan kesempatan yang sejajar bagi semua orang, dan memperkenalkan keseimbangan dalam distribusi kekuatan di antara kelompok-kelompok yang berbeda.


PENUTUP
Kesimpulan
Perbedaan adalah sebuah anugerah yang patut kita hargai dan kita junjung tinggi keberadaannya. Sebagai bangsa yang majemuk kita wajib menghargai perbedaan ini sebagai kenyataan hidup karena pada umumnya, kita perbeda karena kita merupakan Negara kepulauan. Inilah yang menjadikan kita beragam dan unik antara satu dengan yang lainnya.
Namun bukan berarti dengan keadaan seperti ini kita bisa menyimpulkan siapa yang paling baik dan siapa yang paling buruk. Kembali lagi kepada masing-masing dari individu untuk bisa membentenginya dengan saling memahami, saling belajar dan saling mengerti.
Yang terpenting ialah bagaimana kita dapat memposisikan diri kita sebagai individu yang selalu berpikir obyektif terhadap lingkungan sekitar kita. Selain itu juga seberapa besar kemauan kita untuk saling memahami, mengakui dan menerima keberagaman sebagai sebuah relita social.
Untuk memahami perbedaan-perbedaan budaya lebih efektif, yaitu meningkatkan kesadaran budaya seseorang secara umum. Melalui pedidikan multikultural, pemahaman tentang budaya relativitas serta pemahaman mengenai antropologi sosial diharapkan agar dapat menumbuhkan kesadaran untuk mengerti, menghargai, dan menerima sebuah perbedaan. Tanpa harus menimbulkan konflik sosial.
Perbedaan tetaplah akan menjadi perbedaan, kita tidak akan pernah bisa menjadikannya sebuah persamaan. Yang utama ialah, bagaimana menjadikan diri kita ini seseorang yang bisa menerima dan menghargai. Karena jika kita tidak mulai dari sekaranr dan tidak dari diri kita sendiri, maka konflik akan tetap terjadi dan tidak aka nada penyelesaian mengenai permasalahan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agnessekar’s blog. 2009. Pentingnya Memahami,Menghargai,Mengakui Dan Menerima Perbedaan. Agnessekar’s blog. Wordpress.com

Arkanudin’s blog. 2009. Memahami Perbedaan Melalui Komunikasi Antar Budaya. Arkanudin’s blog. Wordpress.com

Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata republik Indonesia. 2011. Informasi Pariwisata Nusantara 2011. Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata republik Indonesia
Khotimah, Emma. 2000. Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, Bandung: Unisba.
Mulyana, Deddy; Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : Rosda.
Mulyana, Deddy. 1996. Mengapa Kita Mempelajari Komunikasi: Sebuah Pengantar, Dalam: Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Buku Pertama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lonely Planet. 2007. Indonesia. Lonely Planet
Ohoiwutun. 1997. Sosiolinguistik, Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Visipro.
Periplus Edition, Inc. 1991. Indonesia Travel Guide, Java. Periplus Edition.

0 comments:

Posting Komentar